Jenis Majas dan Contoh Majas

Jenis Majas dan Contoh Majas

Pada kesempatan kali ini admin kajianteori.com akan menambah kumpulan teori mengenai Jenis Majas dan Contoh Majas yang bisa digunakan untuk membuat makalah ataupun karya ilmiah yang lainnya. Beberapa bahasan sudah saya sampaikan di beberapa artikel yang lalu seperti pengertian majas, pengertian gaya bahasa dan pengertian stilistika.

Tidak usah terlalu panjang saya memberikan kata pengantar atau sedikit pendahuluan sebelum masuk pembahasan, langsung saja, silahkan lihat teori mengenai Jenis Majas dan Contoh Majas di bawah ini.

Jenis Majas dan Contoh Majas

Pradopo (1993: 62), mengemukakan bahwa jenis bahasa kias atau pemajasan meliputi perbandingan (simile), metafora, perumpamaan epos (epic simile), personifikasi, metonimia, sinekdoke, dan alegori. Menurut Nurgiyantoro (2009: 298-299) bentuk-bentuk pemajasan atau bahasa kias yang banyak digunakan oleh seorang pengarang adalah simile, metafora, dan personifikasi. Selain itu penggunaan pemajasan lain yang sering ditemukan dalam berbagai karya sastra adalah metonimia, sinekdoke, hiperbola dan paradoks.
Menurut Fananie (2000: 38) jenis majas adalah persamaan (simile), metafora, personifikasi, alusio, eponim, epitet, alegori, sinekdoke, metonemia, hipalase, dan ironi. Badrun (1989: 26) menyatakan beberapa jenis bahasa kias yang sering digunakan dalam karya sastra meliputi metafora, simile, personifikasi, sinekdoke, metonimia, simbol dan alegori.
Menurut Keraf (1981: 123) jenis bahasa kias meliputi persamaan (simile), metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke, hiperbola dan paradoks. Berdasarkan klasifikasi jenis bahasa kias atau pemajasan menurut para ahli di atas dapat diketahui bahwa jenis bahasa kias ada bermacam-macam dan masing-masing berbeda. Selanjutnya, klasifikasi jenis pemajasan dalam kajian teori ini dilakukan dengan cara mencari kesamaan pendapat dari para ahli tersebut di atas.
Jenis pemajasan atau bahasa kias yang dikategorikan adalah simile, metafora, personifikasi, metonimia, dan sinekdoke. Bahasa kias hiperbola juga dimaksudkan dalam jenis bahasa sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro.
Jenis majas atau bahasa kiasan yang akan dibahas dari kajian teori ini meliputi simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke, dan hiperbola.

Jenis – Jenis Majas dan Contoh Majas

1. Majas Perumpamaan atau simile
Nurgiyantoro (2009: 298) menyebutkan simile dengan majas yang menyatakan pada adanya perbandingan tidak langsung dan emplisit, dengan mempergunakan kata-kata tugas terentu sebagai penanda keeksplisitannya yaitu seperti, bagai, bagaikan, sebagai, laksana, mirip dan sebagainya.
Jadi majas simile adalah suatu majas perbandingan yang eksplisit atau tidak langsung dengan menggunakan kata-kata pembanding: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, mirip dan sebagainya. Dalam sastra Jawa bahasa kias simile sering disebut dengan pepindahan.
Contoh Majas Simile:
“Tepunge kaya banyu karo lenga”.
‘Persahabatannya seperti air dan minyak’.
Kalimat di atas termasuk bahasa kias simile. Kata kaya ‘seperti’ merupakan kata pembanding untuk membandingkan banyu karo lenga. Itulah contoh majas simile.
2. Majas Metafora
Majas metafora merupakan bentuk pemajasan yang melukiskan suatu gambaran yang jelas melalui komparasi atau kontras (Tarigan, 1985: 15). Menurut Keraf (1981: 124) metafora diartikan sebagai majas yang mengandung perbandingan yang tersirat yang menyamakan hal yang satu dengan hal yang lain. Majas ini tidak menyatakan sesuatu perbandingan sesuatu secara terbuka atau secara eksplisit tetapi sekedar memberikan sugesti adanya suatu perbandingan.
Contoh Majas Metafora:
“Yanti iku kembang desa ana ing papan panggonane, mula akeh wong kakung padha nyeraki”.
‘Yanti itu bunga desa di tempat dia tinggal, maka banyak orang laki-laki yang mendekatinya’.
Secara langsung, seorang wanita bernama Yanti diibaratkan dengan bunga. Bunga merupakan sesuatu yang menarik dan indah. Maka kalimat tersebut menggambarkan seorang wanita yang sangat menarik, cantik dan mendapat pujaan hati laki-laki di desanya sehingga banyak laki-laki yang mendekatinya. Itulah contoh majas metafora.
3. Majas Personifikasi
Tarigan (1985: 17) berpendapat personifikasi atau penginsanan adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insane kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Pokok yang digambarkan itu seolah-olah berwujud manusia baik dalam tindak-tanduk, perasaan dan perwatakan manusia.
Contoh Majas Personifikasi :
“Panganane katon ngawe-awe, kepengin ngrasake”
‘Makanannya tampak melambai-lambai, membuat ingin menyicipi’.
Personifikasi tampak dengan adanya kata ngawe-awe ‘melambai-lambai’. Bahasa kias tersebut menginsankan dengan tingkah laku manusia. Kenyataannya makanan tidak mempunyai tangan untuk dapat melambai-lambai. Itulah contoh majas personifikasi.

4. Majas Metonimia

Majas Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Hubungan itu dapat berupa: akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan kulitnya, dan sebagainya (Keraf, 1981: 126). Menurut Tarigan (1985: 139), majas metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal sebagai penggantinya.
Contoh Majas Metonimia :
“Ibu tumbas pepsodent”.
‘Ibu membeli pepsodent’.
Penyebutan nama atau merk ‘pepsodent’ dalam kalimat tersebut termasuk jenis bahasa kias metonimia. Pepsodent merupakan merk pasta gigi, jadi ‘pepsodent’ menggantikan pasta gigi. Itulah contoh majas metonimia.

5. Majas Sinekdoke

Menurut Keraf (1981: 126) sinekdoke adalah bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhannya (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte ).
Contoh Majas Sinekdoke 1:
“Per gundhul mbayar sumbangan Rp 5.000,00”.
‘Setiap kepala membayar sumbangan sebesar Rp 5.000,00’.
Kalimat tersebut termasuk bahasa kias sinekdoke (pars pro toto). Kepala merupakan bagian dari tubuh manusia. Kata ‘kepala’ dalam kalimat tersebut berperan untuk menyatakan manusia bukan hanya kepalanya saja, melainkan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Contoh Majas Sinekdoke 2:
“Nalika lomba macapat, Kabupaten Gunungkidul oleh juara 1”.
‘Ketika lomba macapat, Kabupaten Gunungkidul mendapat juara 1’.
Majas tersebut merupakan majas sinekdoke (totem to parte) yaitu pada kenyataannya yang mengikuti lomba bukan Kabupaten Gunungkidul, melainkan orang yang mewakili lomba dari Gunungkidul. Dengan demikian Kabupaten Gunungkidul menyatakan keseluruhan untuk sebagian, yaitu salah satu orang yang mewakili lomba.
6. Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya Tarigan (1985: 55). Menurut Keraf (1981: 127) hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu penyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
Contoh Majas Hiperbola :
“Ancur atiku nyawang sliramu nggandheng wong liya”
‘Hancur hatiku melihat dirimu bersama orang lain’
Majas tersebut tampak majas hiperbola pada kata ‘ ancur atiku’ kecewa. Maksud digunakan kata tersebut untuk menyampaikan perasaan terhadap orang lain karena telah dikecewakan. Maka secara hiperbola dinyatakan dengan ‘
ancur atiku’ kecewa.
Demikianlah ulasan yang dapat saya sampaikan, ada kurang dan lebihnya saya selaku admin mohon maaf yang sebesar-besarnya, kami juga masih belajar. Semoga artikel mengenai Jenis Majas dan Contoh Majas selalu bermanfaat buat anda semua.

Baca juga :  MODEL PEMBELAJARAN :: Pengertian dan Karakteristik Model Pembelajaran